Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Kamis, 17 Januari 2013

Wajit Cililin

Perjumpaan kedua dengan wajit yaitu melalui oleh-oleh teman saya. Kebetulan ia habis berlibur dari Purwakarta, Jawa Barat. Kelezatan wajit yang teman saya berikan masih terbayang-bayang. Wajit dibungkus tebal dengan daun jagung, rasanya manis, harum gula, serta teksturnya sedikit lengket kayak dodol. Ditambah lagi ada parutan kelapa yang memberi sensasi khusus (beuhh bahasanya). Memang ukuran wajitnya lebih kecil daripada bungkusnya, tapi justru hal tersebut meningkatkan laju penghabisan 1 bungkus besar wajit dalam 2 hari. Ya, karena rasanya uenak tadi. Sayang bungkus primernya sudah kebuang, pokoknya merknya ada unsur Pak "Siapa Gitu".

Pada perjumpaan pertama, wajit sudah membuat saya jatuh hati. Dulu jaman kuliah di Yogyakarta, ada toko buah yang suka menjual snack-snack tradisional khas daerah. Salah satunya wajit. Menjualnya dalam bentuk curah dan tidak dalam kemasan khusus. Langsung saja demen dengan kuliner asal Jawa Barat ini. Namun sayang sungguh sayang, suatu hari saya membeli wajit disini setelah dibuka bukan wajit, melainkan dodol biasa :(. Ternyata daun jagung bukan "bajunya" wajit saja. Karena trauma, sampai lulus saya belum pernah membeli makanan khas Cililin ini lagi. Terakhir saya membeli wajit di Purworejo kemarin. Namun rasanya tidak seenak wajit-perjumpaan kedua dulu.

Wajit Cililin berasal dari Cililin (Ya iyalah, masak dari Manado hehe). Cililin merupakan sebuah kecamatan dibawah Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Wilayah Cililin merupakan sentra pengrajin wajit cililin, walaupun ada juga pengrajin di Bandung. Dahulu wajit cililin hanya dapat dimakan oleh kaum menak (bangsawan) Sunda saja (1). Sekarang siapa saja boleh makan, malah sepertinya agak tersaingi oleh snack modern ya

Bahan baku snack ini antara lain beras ketan putih, gula pasir, gula merah dan kelapa.  Keseluruhan bahan dicampur, dimasak menjadi adonan, dibentuk kemudian dibungkus menggunakan daun jagung kering. Kemudian wajit dikeringkan alami menggunakan sinar matahari atau menggunakan oven (2). Kadar gula yang tinggi (rasanya maniiis, tapi tetep doyan, nyam) serta kadar air rendah membuat wajit cililin cukup awet. Dengan demikian, potensi daerah pemasarannya bisa cukup luas. Lha, wong malah saya beli wajit-nya di daerah Purworejo kemudian beberapa hari dimakan masih enak. Cita rasa wajit cililin salah satunya ditentukan oleh jenis gulanya. Penggunaan gula aren lebih disarankan untuk citarasa yang lebih baik dan keawetannya, dibandingkan gula kelapa (3). 

Penasaran nyicip yuks :)

Sumber :
(1) Artikel "Wajit Cililin, Si Hitam Manis" pada tanggal 5 Maret 2012 dalam website  http://cutishyellow.wordpress.com/2012/03/05/wajit-cililin-si-hitam-manis/
(2) Artikel "Sejarah Wajit Cililin" pada tanggal 23 Februari 2012 dalam website http://ipatilusquad.blogspot.com/2012/02/sejarah-wajit-cililin.html
(3) Artikel " Wajit Cililin Makanan Khas Indonesia Layak Dicoba" pada tanggal 3 November 2011 dalam website http://sandhisyafahtini.blogspot.com/2011/11/cara-membuat-wajit-cililin.html

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar